Thursday, June 5, 2014
Ayam Hutan Nenek Moyang Ayam Kampung
Walaupun ayam kampung sudah sering dilihat dan begitu akrab dengan kehidupan manusia, tetapi masih sedikit yang sudah kenal ayam kampung. Banyak dari mereka hanya melihat ayam sepintas mata memandang saja, tetapi tidak banyak mengenal secara mendalam. Karena salah satu unsur ini pula menyebabkan pengembangan dan pemeliharaan ayam kampung tertinggal dengan ayam ras.
Sebenarnya ayam - ayam yang diternakaan kini (Gallau domesticus) berasal dari ayam hutam di Asia Tenggara. Akan tetapi,, Indonesia yang merupakan bagian dari Asia Tenggara, kini tidak memiliki satu pun bangsa unggas yang dapat diandalkan produktivitasnya. Dengan kemajuan pembangunan saat ini, ketinggalan itu dapat dikejar. ini dibuktikan dengan semakin gencarnya penelitian - penelitian tentang ayam kampungdi berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia.
Ayam hutan (Gallus varius-varius Linnaeus) merupakan nenek moyang ayam kampung yang umum dipelihara. Ayam hutan ini kemungkinan berasal dari pulau Jawa. Akan tetapi, saaat ini ayam hutan sudah tersebar sampai ke pulau Nusa Tenggara. Sifat ayam hutan akan sedikit ditinjau di sini sebagaimana yang diuraikan oleh Sastrapradja (1977), karena ayam kampung yang ada kini masih menurunkan sifat - sifat asal nenek moyangnya. Oleh karena itulah varietas - varietas asal unggas hutan yang setengah liar ini dikenal dengan ayam kampung (Kingston, 1979).
Pada ayam hutan jantan kepala dan punggungnya berwarna hitam kehijauan mengkilat. Tiap bulu pada pangkal ekor berwarna kekuningan. Ekornya hitam, panjang, dan berbentuk garpu. Ekor dan badannya sma panjang. Sedangkan paada ayam betina bulunya berwarna kecoklatan. Ekornya sedikit lebih pendek dibandingkan panjang badannya.
Ayam hutan hidup di hutan terbuka atau di pegunungan pada ketinggian 1000 -1500 meter dari permukaan air laut. kadang berkeliaran sampai ke perkebunan dan suka bergerombol. yang jantan bersifat poligami. Ayam hutan pandai terbang, tetapi lebih suka hidup dekat tanah untuk mencari makan. Makanannya berupa biji - bijian, serangga, semut, belalang, dan binatang - binatang kecil lainnya.
Masa kawin ayam hutan bervariasi, tergantung pada tempatnya. Di Jawa Timur antara bulan Maret sampai dengan Juli. Sekali bertelur dihasilkan 5 butir. Jumlah telur yang sedikit disebabkan ayam hutan kelak harus anaknya pada kondisi alam hutan bebas yang buas. Induk ayam akan merasa sulit dan bingung bila harus mengasuh anak terlalu banyak. Oleh karena itulah produktivitas disesuaikan kondisi lingkungannya. Telur yang dihasilkan sedikit lebih kecil dari pada telur ayam kampung dan berwarna coklat muda kekuningan. Telur diletakkan dalam sarangterbukadi atas tanah dan akan menetas selama tiga minggu.
Dari sifat - sifat ayam hutan yang diuraikan di atas, banyak yang masih dimiliki oleh ayam kampung. Kecuali pada ayam kampung telurnya sedikit lebih besar dan lebih banyak dari pada ayam hutan.. Setelah menghasilkan 12 butir telur ayam kampung akan mengeramnya, sedangkan ayam hutan akan mengeram setelah menghasilkan 5 butir telur.
Ayam kampung mempunyai warna yang beragam sekali, mulai dari hitam, putih, kekuningan, kecoklatan, merah tua, dan kombinasi dari warna - warna itu. Badan ayam kampung kecil mirip dengan ayam ras petelur tipe ringan. Produktivitas ayam kampung rendah, rata - rata pertahun hanya 60 butir telur.
Labels:
InfoKita Unggas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment